Rabu, 17 Agustus 2016

Open Voluntir Ketoprak Kolosal



I.                  Latar Belakang

Dalam rangka memperingati hari ulang tahun prodi Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya UGM, himpunan mahasiswa Sastra Jawa dengan nama Kamasutra (Keluarga mahasiswa sastra nusantara) menggelar acara budaya bertajuk Gugur Gunung. Gelar budaya Gugur Gunung sendiri dimulai sejak tahun 2008. Pada tahun 2016 ini Kamasutra kembali menggelar Gugur Gunung  dalam rangka memperingati hari ulang tahun prodi Sastra Jawa ke-61. Tahun ini merupakan keenam kalinya Gugur Gunung digelar, oleh karena itu acara tahun ini kami namakan “Gugur Gunung 6“.
Pada Gugur Gunung 6 kami mengusung tema “Ramalan“. Tema tersebut dipilih karena memiliki eksistensi lintas zaman. Sejak dahulu sampai saat ini masih banyak masyarakat khususnya masyarakat Jawa yang mempercayai ramalan. Oleh karena itu, Gugur Gunung 6 mencoba merespon bagaimana seharusnya masyarakat modern maupun konvensional dalam menyikapi sebuah ramalan. Dalam Gugur Gunung 6 sendiri terdiri atas beberapa acara yang salah satunya ialah acara malam puncak.
Malam puncak Gugur Gunung 6 akan digelar sebuah pertunjukan ketoprak kolosal yang akan melibatkan sedikitnya 150orang pemain dan pemusik. Konsep ketoprak kolosal tersebut akan mengadaptasi dari pementasan kolosal Surabaya Membara dan Mojosari Meledak, pementasan kolosal yang digelar rutin tiap tahun oleh masyarakat Surabaya dan Mojokerto dengan mengangkat sejarah daerah serta pementasan tersebut mendapat respon positif oleh masyarakat. Kemudian untuk kesesuaian isi, ketoprak kolosal akan menyampaikan cerita tentang awal berdirinya Mataram Islam yang diadaptasi dari Babad Alas Mentaok. Ketoprak kolosal akan dilaksanakan pada bulan November dan berlokasi di Serangan Umum Satu Maret. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan titik keramaian di Yogyakarta, yang secara otomatis  akan mendapat perhatian dari masyarakat luas.
Dalam acara malam puncak Gugur Gunung 6, ketoprak kolosal akan diberi nama “Wangsit Mataram“, dengan tujuan menjadi refleksi bagi masyarakat khususnya masyarakat Yogyakarta pada keluhuran tanah Mataram dan mampu membawa spirit mataram itu sendiri.

II.                Ide Dasar dan Konsep Pertunjukan
Ide Dasar
Benua biru tengah dilanda berbagai bentuk keterpurukan dan teror secara bergantian. Satu persatu dari negara-negara Eropa ditimpa malapetaka, baik secara sosial, politik, budaya maupun ekonomi, lalu yang paling fatal ialah bercerainya Inggris dengan Uni Eropa. Berkaca dari Oswald Spengler, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan serta bisa saja tidak lama lagi siklus peradaban yang diungkapkan oleh Oswald Spengler tersebut akan berputar kembali. Benua Afrika pernah jaya dengan diwakili kepemimpinan Fir’aun Mesir, tanah Timur Tengah pernah dibawa kepuncak kejayaannya saat masa dinasti Umayyah, dan kemudian Eropa beserta Amerika yang saat ini berada di puncak peradaban dunia, hanya tinggal Asia yang belum.
Bukan hanya Prabu Jayabaya dan Ranggawarsita yang meyakini tentang konsep Mesiastik. Seorang peramal dari dataran Eropa, Michel Nostradamus pernah menyatakan dalam karya agungnya Centuries (10,75), Long awaited he will never return In Europe, he will appear in Asia, one of the league issued from the great Hermes, and he will grow over all the king of the east. Kemudian dalam Centuries (01,50), De l’aquatique triplicité naistra, D’vn qui fera le Ieudy pour sa feste: Son bruit, loz, regne, sa puissance croistra, Par terre & mer aux Oriens tempeste (Dari 3 lautan akan terlahir seorang yang akan menyatakan hari kamis sebagai hari libur. Ketenaran, kemuliaan, aturan dan kekuasaannya akan tumbuh melintasi daratan dan lautan membawa bencana bagi timur). Kalau memang ramalan Michel Nostradamus kembali terbukti, maka ungkapan dari Prabu jayabaya tentang kemunculan Ratu Adil yang berasal dari Jawa juga akan tergenapi, sebab pulau Jawa sendiri memang memiliki tiga lautan yang mengapitnya, yaitu Laut Jawa, Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan.
Merespon geliat zaman adalah kewajiban mutlak bagi kesenian, termasuk seni pertunjukan. Berdasarkan sumber-sumber di atas maka pementasan Wangsit Mataram diadakan. Wangsit (wahyu) Mataram adalah pementasan yang mencoba merefleksikan memori masyarakat Yogyakarta tentang berdirinya dinasti Mataram yang juga dipenuhi dengan berbagai macam bisikan ghaib dari Hyang Widhi kepada Danang Sutawijaya ketika bertapa di laut selatan dan gua Langse. Sekaligus kecerdikan dari Ki Juru Martani yang berhasil menyusun siasat bagi Ki Ageng Pamenahan dan Sutawijaya dalam euforia keberhasilan menaklukkan Arya Penangsang sehingga memperoleh tanah Mentaok. Sampai  pada akhirnya kejayaan Mataram Islam harus terpecah menjadi Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, namun diantara keduanya baik para penguasa ataupun petinggi-petinggi kerajaan masih menyatakan diri sebagai keturunan dari Mataram. Disusul setelah itu masuknya VOC mendapat perlawanan puncak dari Pangeran Diponegoro yang dalam siasat pengumpulan massanya menasbihkan dirinya sendiri sebagai seorang Ratu Adil Herucakra.
Ingatan masyarakat Yogyakarta tentang perjuangan para pendiri Mataram sangat perlu dilakukan, sebab Yogyakarta sendiri adalah pusat tanah Mataram. Terlebih di zaman modern yang serba maju ini, banyak wisatawan mancanegara yang singgah, banyak gedung-gedung hotel begitu tinggi, ditambah internal Keraton yang sempat memanas. Oleh karena itu masyarakat Yogyakarta tidak boleh kehilangan jati diri dan identitasnya sebagai keturunan Mataram, karena kemungkinan besar peradaban dunia akan berpindah ke Yogyakarta.

Konsep & Bentuk Pertunjukan
      Wangsit Mataram dikonsep dengan mangadopsi sistem pertunjukan Ketoprak, namun pada bentuknya ialah pertunjukan kolosal yang paling sedikitnya melibatkan 150 orang pemain dengan diiringi musik live. Selain itu pertunjukan Wangsit Mataram akan diperkuat dalam segi artistik serta bentuk arena Monumen Serangan Satu Maret yang akan di-setting serupa mungkin dengan masa pendirian Mataram saat itu, sekaligus didalamnya nanti akan melibatkan UKM Berkuda UGM untuk menambah efek tegang dan adrenalin yang nanti akan didapatkan oleh audience, sehingga kehadiran Wangsit Mataram bukan lagi hanya terbatas pada bingkai pertunjukan, melainkan merupakan sebuah realitas yang benar-benar dihadirkan.
III.             Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan ketoprak kolosal Wangsit Mataram ialah,
1.      Melestarikan seni pertunjukan tradisi dengan menyesuaikan perkembangan zaman
2.      Mengingatkan kembali perjuangan para leluhur, sehingga mampu mengambil nilai spiritnya
3.      Mengingatkan kembali masyarakat lokal khususnya masyarakat Yogyakarta tentang jati dirinya,

IV.             Sasaran
Sasaran umum ialah masyarakat luas tingkat nasional maupun internasional, khususnya masyarakat tanah Mataram.

V.                Pelaksanaan
Malam puncak Gugur Gunung 6 dengan pertunjukan ketoprak kolosal dengan judul Wangsit Mataram akan dilaksanakan pada,
hari, tanggal                : Rabu, 09 November 2016
waktu                          : 19.00 – 23.00 WIB

tempat                         : Monumen Serangan 1 Maret, Yogyakarta.