I. Latar
Belakang
Dalam rangka memperingati hari ulang
tahun prodi Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya UGM, himpunan mahasiswa Sastra
Jawa dengan nama Kamasutra (Keluarga mahasiswa sastra nusantara) menggelar
acara budaya bertajuk Gugur Gunung. Gelar budaya Gugur Gunung sendiri dimulai
sejak tahun 2008. Pada tahun 2016 ini Kamasutra kembali menggelar Gugur
Gunung dalam rangka memperingati hari
ulang tahun prodi Sastra Jawa ke-61. Tahun ini merupakan keenam kalinya Gugur
Gunung digelar, oleh karena itu acara tahun ini kami namakan “Gugur Gunung 6“.
Pada Gugur Gunung 6 kami mengusung tema
“Ramalan“. Tema tersebut dipilih
karena memiliki eksistensi lintas zaman. Sejak dahulu sampai saat ini masih
banyak masyarakat khususnya masyarakat Jawa yang mempercayai ramalan. Oleh
karena itu, Gugur Gunung 6 mencoba merespon bagaimana seharusnya masyarakat
modern maupun konvensional dalam menyikapi sebuah ramalan. Dalam Gugur Gunung 6
sendiri terdiri atas beberapa acara yang salah satunya ialah acara malam
puncak.
Malam puncak Gugur Gunung 6 akan digelar
sebuah pertunjukan ketoprak kolosal yang akan melibatkan sedikitnya 150orang
pemain dan pemusik. Konsep ketoprak kolosal tersebut akan mengadaptasi dari
pementasan kolosal Surabaya Membara
dan Mojosari Meledak, pementasan
kolosal yang digelar rutin tiap tahun oleh masyarakat Surabaya dan Mojokerto
dengan mengangkat sejarah daerah serta pementasan tersebut mendapat respon
positif oleh masyarakat. Kemudian untuk kesesuaian isi, ketoprak kolosal akan
menyampaikan cerita tentang awal berdirinya Mataram Islam yang diadaptasi dari Babad Alas Mentaok. Ketoprak kolosal
akan dilaksanakan pada bulan November dan berlokasi di Serangan Umum Satu
Maret. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan titik keramaian di Yogyakarta,
yang secara otomatis akan mendapat
perhatian dari masyarakat luas.
Dalam acara malam puncak Gugur Gunung 6,
ketoprak kolosal akan diberi nama “Wangsit
Mataram“, dengan tujuan menjadi refleksi bagi masyarakat khususnya
masyarakat Yogyakarta pada keluhuran tanah Mataram dan mampu membawa spirit
mataram itu sendiri.
II.
Ide Dasar dan Konsep Pertunjukan
Ide
Dasar
Benua
biru tengah dilanda berbagai bentuk keterpurukan dan teror secara bergantian.
Satu persatu dari negara-negara Eropa ditimpa malapetaka, baik secara sosial,
politik, budaya maupun ekonomi, lalu yang paling fatal ialah bercerainya
Inggris dengan Uni Eropa. Berkaca dari Oswald Spengler, bahwa setiap peradaban
besar mengalami proses kelahiran, pertumbuhan dan keruntuhan serta bisa saja
tidak lama lagi siklus peradaban yang diungkapkan oleh Oswald Spengler tersebut
akan berputar kembali. Benua Afrika pernah jaya dengan diwakili kepemimpinan
Fir’aun Mesir, tanah Timur Tengah pernah dibawa kepuncak kejayaannya saat masa
dinasti Umayyah, dan kemudian Eropa beserta Amerika yang saat ini berada di
puncak peradaban dunia, hanya tinggal Asia yang belum.
Bukan
hanya Prabu Jayabaya dan Ranggawarsita yang meyakini tentang konsep Mesiastik.
Seorang peramal dari dataran Eropa, Michel Nostradamus pernah menyatakan dalam
karya agungnya Centuries (10,75), Long
awaited he will never return In Europe, he will appear in Asia, one of the
league issued from the great Hermes, and he will grow over all the king of the
east. Kemudian dalam Centuries (01,50), De l’aquatique triplicité
naistra, D’vn qui fera le Ieudy pour sa feste: Son bruit, loz, regne, sa
puissance croistra, Par terre & mer aux Oriens tempeste (Dari 3 lautan akan terlahir
seorang yang akan menyatakan hari kamis sebagai hari libur. Ketenaran,
kemuliaan, aturan dan kekuasaannya akan tumbuh melintasi daratan dan lautan
membawa bencana bagi timur). Kalau memang ramalan Michel Nostradamus kembali
terbukti, maka ungkapan dari Prabu jayabaya tentang kemunculan Ratu Adil yang
berasal dari Jawa juga akan tergenapi, sebab pulau Jawa sendiri memang memiliki
tiga lautan yang mengapitnya, yaitu Laut Jawa, Samudra Hindia dan Laut Cina
Selatan.
Merespon geliat zaman adalah kewajiban
mutlak bagi kesenian, termasuk seni pertunjukan. Berdasarkan sumber-sumber di
atas maka pementasan Wangsit Mataram diadakan. Wangsit (wahyu) Mataram adalah pementasan yang mencoba
merefleksikan memori masyarakat Yogyakarta tentang berdirinya dinasti Mataram
yang juga dipenuhi dengan berbagai macam bisikan ghaib dari Hyang Widhi kepada
Danang Sutawijaya ketika bertapa di laut selatan dan gua Langse. Sekaligus
kecerdikan dari Ki Juru Martani yang berhasil menyusun siasat bagi Ki Ageng
Pamenahan dan Sutawijaya dalam euforia
keberhasilan menaklukkan Arya Penangsang sehingga memperoleh tanah Mentaok.
Sampai pada akhirnya kejayaan Mataram
Islam harus terpecah menjadi Keraton Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta, namun
diantara keduanya baik para penguasa ataupun petinggi-petinggi kerajaan masih
menyatakan diri sebagai keturunan dari Mataram. Disusul setelah itu masuknya
VOC mendapat perlawanan puncak dari Pangeran Diponegoro yang dalam siasat
pengumpulan massanya menasbihkan dirinya sendiri sebagai seorang Ratu Adil
Herucakra.
Ingatan masyarakat Yogyakarta tentang
perjuangan para pendiri Mataram sangat perlu dilakukan, sebab Yogyakarta
sendiri adalah pusat tanah Mataram. Terlebih di zaman modern yang serba maju
ini, banyak wisatawan mancanegara yang singgah, banyak gedung-gedung hotel
begitu tinggi, ditambah internal Keraton yang sempat memanas. Oleh karena itu
masyarakat Yogyakarta tidak boleh kehilangan jati diri dan identitasnya sebagai
keturunan Mataram, karena kemungkinan besar peradaban dunia akan berpindah ke
Yogyakarta.
Konsep
& Bentuk Pertunjukan
Wangsit
Mataram
dikonsep dengan mangadopsi sistem pertunjukan Ketoprak, namun pada bentuknya
ialah pertunjukan kolosal yang paling sedikitnya melibatkan 150 orang pemain
dengan diiringi musik live. Selain
itu pertunjukan Wangsit Mataram akan
diperkuat dalam segi artistik serta bentuk arena Monumen Serangan Satu Maret
yang akan di-setting serupa mungkin
dengan masa pendirian Mataram saat itu, sekaligus didalamnya nanti akan
melibatkan UKM Berkuda UGM untuk menambah efek tegang dan adrenalin yang nanti
akan didapatkan oleh audience, sehingga kehadiran Wangsit Mataram bukan lagi hanya terbatas pada bingkai pertunjukan,
melainkan merupakan sebuah realitas yang benar-benar dihadirkan.
III.
Tujuan
Adapun
yang menjadi tujuan pelaksanaan ketoprak kolosal Wangsit Mataram ialah,
1. Melestarikan
seni pertunjukan tradisi dengan menyesuaikan perkembangan zaman
2. Mengingatkan
kembali perjuangan para leluhur, sehingga mampu mengambil nilai spiritnya
3. Mengingatkan
kembali masyarakat lokal khususnya masyarakat Yogyakarta tentang jati dirinya,
IV.
Sasaran
Sasaran
umum ialah masyarakat luas tingkat nasional maupun internasional, khususnya
masyarakat tanah Mataram.
V.
Pelaksanaan
Malam
puncak Gugur Gunung 6 dengan pertunjukan ketoprak kolosal dengan judul Wangsit Mataram akan dilaksanakan pada,
hari,
tanggal : Rabu, 09 November 2016
waktu : 19.00 – 23.00 WIB
tempat : Monumen Serangan 1
Maret, Yogyakarta.